Wednesday, November 4, 2015

PROPAGATION AND DISSEMINATION OF MESSAGE/RISALAH OF ALLAH ALMIGHTY.THIS TEXT IS MADE IN CONJUNCTION WITH THE LAUNCH OF PERTUBUHAN TARIKAT MUKTABAR MALAYSIA [PERTAMA]ON 07-08 NOVEMBER,2015.



INTRODUCTION AND WELCOME.

Foremost, we [Excos of PERTAMA National and State Level] bid Excellencies, Honourable and Distinguished Guests, ASSALAMUALAIKUM, greetings and a very warm welcome, to this very auspicious occasion. An assembly and discourse of this nature, especially among Tasawwuf or Sufi practitioners, from foreign countries and the host country, indeed augurs well for prospect of Tasawwuf propagation, longevity, understanding and acceptance by the universal community. More than that, todays occasion will leave an indelible imprint on the psyche of the Tarikat/Tasawwuf practitioners, and the Powers that be, especially those of the host country, to witness this paradigm shift, ever happening here at all!

Unlike in other countries, the Tarikat/Tasawwuf practiced here, whose  movement, has gone through a chequered past; its movement suspiciously monitored, curtailed, even to the extent of being banned from the face of the earth.
But at last, thanks to Almighty God, and of course PERTAMA and all Excos, with its advent and endorsement by the Powers that be, who, dared made the difference, we are here yet to see the light at the end of the tunnel! Today’s official launching of PERTAMA, truly marks the TRIUMPH and PREVALENCE of truth over FALSEHOOD. SUBHANALLAH!
Henceforth, a host of Islamic activities, whose plans previously were on the back-burner, will come to see the light of day, in full vigor, and we surely are looking forward to its implementation. In addition, a discourse, such as this one held today, will surely not be the last of its kind!

1.WHY PREACH ISLAM vis-a-vis TARIKATTASAWWUF.
For the same reasons as earlier Prophets of God did, to instill awareness among men, of their symbiotic relationship with Almighty God. At the same time, they will live in communities of diverse background, not necessarily their own, forging and forming relationships through vocations and marriages. As communities and nations, they rule by government of the people, prospering their nations whilst prospering their own lot! God mentions in QS. Al-Mulk[67]:2, which states that:
‘He who created Death and Life, that He may try which of you is best in deed and He is the Exalted in Might, Oft-Forgiving.’
Basically, Man who were anointed by God as His Vicegerents on earth are to live their lives by standards spelt out in Gods holy Books as interpreted by His noble Prophets. These are His Jurisprudences or Syari’ah embracing all His Commandments as well as his Prohibitions/Injunctions.
Since humanity being what there are, as weak and vulnerable mortals, are predisposed and prone to both positive and negative inclinations.
Therein lies the concept of pre-destiny and salvation. Nothing is far nobler than the act of salvaging humankind from the depths of doom, which fundamentally is the prime function of each and everyone of us here, especially the Ulamas! In so doing, we are actually continuing the noble functions and roles of the Prophet, pbuh., which admittedly is a great undertaking!
With the so-called recognition and acceptance of TarikatTasawwuf as an integral part of Islam, the door to the path is now wide open for the Ummah. Along with Syari’ah, Tarikattasawwuf will do wonders to their  state of well-being, in realizing their true worth in relation to their very purpose or creation and living on God’s Earth. More importantly, they will live, embrace and defend their religion in all earnestness  and sincerity. Please refer Alquran, Chapter 3, verse 101:
‘Whoever holds firmly to God will be shown a way that is straight.’
 Refer Alquran, chapter 61, verse 9:
‘It is He Who has sent His Apostle with Guidance and the Religion of Truth , that He may proclaim it over all religion, even though the Pagans [Musyrikuun] may detest [it].
Also refer Chapter 61 , verse 11-14,
‘That ye believe in God and His Apostle, and that ye strive [your utmost] in the cause of God, with your property and your persons: that will be best for you, if ye but knew!’
‘He will forgive you your sins, and admit you to Gardens beneath which Rivers flow, and to beautiful mansions in Gardens of Eternity; that is indeed the supreme Achievement.’
‘And another [favor will He bestow], which ye do love, - help from God and a speedy victory.  So give the Glad Tidings to the Believers.’
‘O ye who believe! Be ye helpers of God’: as said Jesus the son of Mary to the Disciples, ‘Who will be my helpers to [the work of] God?’ Said the disciples, ‘We are God’s helpers!’ Then a portion of the Children of Israel believed, and a portion disbelieved. But we gave power to those who believed against their enemies; and they became the ones that prevailed.’
Such were the calls and pleas made by the Prophets of Allah in ensuring that the Ummahs  will live in full compliance with God’s religious stipulations, also in mitigation against breaches of any kind! And we only need to replicate these works of the Prophets of Allah SWT. ALHAMDULILLAH. WABILLAA HIT TAUFIQ .TABARAKALLAHU RABBUL ‘ALAMIN!

MADRASATUL BAITUL ADAM [MBA] , SELANGOR.30OKT.2015. 

ADA APA PADA TARIKAT DAN TASAWWUF [TARIKATUSSUFIYYAH] DAN HUKUM SYARI’AH BERPEGANG DENGANNYA. NASIHAT TERHADAP PARA PENENTANG DAN PEMBATALANNYA!


ADUHAI SAHABAT DAN IKHWAN!

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM

ALHAMDULILLAH. Wabihi nasta’in billaahi Ta’ala. Wabillaahi, wa minallaahi, wallahi, wailallaahi, wafillaahi, walhamdulillaahi, wala haula wala quwwata illa billaahi. Alhamdulillaahi wahdahu, Wassolaatu wassalamu ‘ala Rasulillaahi wa’ala aalihi wasahbihi waman taba’ahu wawaalah.

Bermula segala puji sanjung adalah milik Allah SWT., pemilik semesta alam!

‘Dia [Allah] yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan Agama yang benar, untuk memenangkan [menakluki] atas segala agama, meskipun orang-orang Musyrik membencinya.’ QS.61:9.

‘Allah memilih orang-orang yang Dia kehendaki kepada Agama Tauhid dan memberi Petunjuk  kepada [Agama]Nya, bagi orang-orang yang kembali [kepadaNya].’ QS.42:13.

Ta’ajub dan tercengang batin sanubari manusia dipintu keAgunganNya. Silaulah pandangan  dan terpukaulah penglihatan  dari benderang sinaran  Nur TajjalianNya. Dia-lah yang TajjaliNya nyata disegala  Lubb Sukma setiap insan pilihanNya. Dia-lah yang mengetahui dan mendengar segala gerak gerik getaran dan luahan rengekan bicara kata-kata hati para KekasihNya!

Dalam mengatur kuasa-kuasa Qudrah dan Iradah kehendakNya, Dia tidak sekali-kali  memerlukan Syurah atau pendokong, dari pihak mana sekalipun. Kerana Dia adalah MAHARAJA dari segala Raja [Malikul Mulk]; mutlak tanpa sekongkol  dan sekutu!

Hanya kepada Dia sahaja sembahan, Taqwa dan Ubudiyyah hamba-hambaNya harus dihadapkan. Walau hanya Dia Yang Maha Berkuasa membolak-balikkan kemudi Qalbu-Qalbu hamba-hambaNya, namun Dia jua yang bersedia menerima  ampun; bersedia menutupi segala aib, dan melepaskan himpitan dan kesulitan hidup hamba-hambaNya!

Semoga diri-diri kalian dimuliakn dengan pancaran murni Cahaya Hidayah Ilahi!

AMMA BA’DU.

1.MUQADDIMAH

Agama Islam, seperti juga yang sama dibawa oleh Saidina Ibrahim a.s., Musa a.s, Isa a.s  dan berapa ramai lagi tokoh-tokoh Rasul yang lain, adalah Agama Samawi yang diutuskan kepada yang teristimewa, Saidina Muhammad saw. Sebagai Rahmat dan maslahat kepada umat, maupun bagi seluruh alam semesta!

Pastinya, kesempurnaan anutan Agama  besar ini diasaskan, diteraskan, dipaksi dan dibuktikan atas kebenaran Alquran dan Sunnah Rasulullah saw.

Namun, malang dan tragis sekali, diNegara ini, IlmuTarikatTasawwuf, yakni, sisi sebagian lagi ilmu integral dalam Islam,  tidak diterokai dan diterima dengan sewajarnya oleh pihak Berwajib sehingga menjadikannya sebagai ‘mainstream’, atau gerakan dan pegangan arus perdana, sebagai wadah Tauhid dan keyakinan dalam beragama bagi umat! Sebaliknya, selama ini, Ilmu TarikatTasawwuf dimomok,  diasak, ditekan, dihasut, difitnah, ditolak, malahan kelompok yang bergerak atas nama TarikatTasawwuf akan berdepan dengan dakwaan dan benterasan kuasa Undang-Undang Syar’I Negara, yang bersifat jumud!

Jadi, adakah menghairankan, dari saat penulis celik-mata  melihat kepada pengamatan, kefahaman dan praktis tentang Agama Islam, khusus diNegara ini, yakni, sudah setengah abad berlalu, Pihak Berwajib masih lagi dibingungkan, diakhir-akhir ini, oleh pengembangan dakyah ideologi dan isim-isim mengarut seperti pluralisma, liberalisma, radikalisma, ekstremisma, modernisma, LGBT, Wahabbiyah, Mu’tazilah, Shi’ah, dll; dan ditambah pula lagi oleh peningkatan jenayah dan gejala sosial yang semakin tidak menemui noktah penurunan atau pembasmian. Mereka [Pihak Berwajib] yakin dan percaya bahawa Agama Islam itu ‘awesome’ dan adalah solusi kepada apa jua permasalahan! Maka dari saat itu, bermulalah pencarian yang amat panjang akan hakikat ‘fatamorgana’ ini! Dan sehingga saat ini, mereka masih lagi teraba-raba, dan tercari-cari formula dalam Agama; dan propa pencarian ini, akan diulangi setiap tahun, terutama disaat menyambut Maal Hijrah, kata-kata dan lolongan propagandis seperti, ‘Kita hendaklah kembali kepada Islam yang sebenarnya!’ ‘Kita hendaklah kembali kepada Alquran dan Hadits.’ Begitu tragis dan cemas, ibarat panas-panas tahi ayam!

Persoalannya, bilakah agaknya akan berakhir pencarian ini dan tuntas  menemui noktah pencariannya?! Dan lebih menakjubkan, apakah Pihak Berwajib ini memiliki fakulti dan indera kearifan, dan mampu mengenal-pasti apabila berdepan dengan apa yang mereka sebut-sebut sebagai ‘Islam sebenarnya!’ Maaf, kerana tidak ada trofi kepada jawapan yang betul!!! Mungkin disuatu hari langit akan kembali cerah? Mungkinkah?

2.RAHMATULLAH

Sebuah Hadits Qudsi HR Asy-Syaikhan dari Abi Hurairah r.a. menyebut:

‘Lammaa khalaqallaahul khalaqa kataba fi kitaabi fahua ‘indahu fauqal ‘arsyi inna rahmati ghalabat ghadhabi wafi riwaayatin sabaqat ghadhabi.’ Bermaksud:

‘Tatkala telah dicipta Allah SWT. akan makhluk, menulislah oleh Malaikat di Lauh Mahfudz, sekira-kira begini: ‘Bawasanya RAHMATKU telah mengerasi atau melebihi akan KemurkaanKu.’ Pada satu riwayat lain: ‘Telah mendahului akan KemurkaanKu.’

Bahawasanya bagi Allah SWT. Itu 100 RAHMAT, yang mana, dari bilangan tersebut , telah diturunkan  hanya 1 RAHMAT sahaja. Dikongsi yang satu ini diantara Djin, manusia dan segala haiwan; yang dengannyalah makhluk-makhluk ini  berkasih-kasihan, berlemah-lembut; dengannya juga makhluk haiwan buas  berlemah-lembut dan berkasih-sayang dengan anak-anaknya! Dan Allah SWT menta’khirkan akan yang 99 RAHMAT lagi itu, agar berkasih-sayang diantara mereka hamba-hambaNya dan Tuhan dihari Akhirat kelak!

Maka apakah yang mengekang hubungan simbiosis dikalangan makhluk-makhluk ini dan Tuhan Allah SWT. ketika hidup didunia [Alam Syahadah], yang hanya bersifat materi ini! Sedangkan ketika di-alam Ajsam, Muluk, Roh, Malakut dan Jabarut, yang bersifat immateri , hatta, bersifat Ghaib semata-mata,  kesemua mereka hanya ‘compliant’ atau akur mendasari  garisan ‘blueprint’ penciptaan mereka!

Walaupun setelah mereka terikat dengan kontrak ikatan sumpah taat-setia, ketika di-alam Ghaib, QS.7:172; namun setelah mereka di-alihkan kehidupan ke-alam dunia pula, Tuhan Allah SWT. dengan RahmatNya Yang Maha luas memberikan kebebasan memilih menurut kehendak dan takdir pilihan masing-masing!

Beriman maupun kufur terhadap Tuhan Allah SWT., mereka masih mendapat perolehan rezeki dan serba ragam nikmat kehidupan! Kendati, disini tersimpan Rahsia terbesar kesembunyian Takdir sebenar yang meliputi liku, susur-galur perjalanan citra kehidupan seseorang insan meniti dan bermuamalah dengan Tuhan dan sesama insan lain! Fahamkan benar-benar!

Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf:53, bermaksud:

‘Dan aku tidaklah membebaskan  diriku dari kesalahan kerana sesungguhnya nafsu [Amarah] itu  suka menyuruh kepada  keburukan, kecuali  siapa yang telah diberi RAHMAT  oleh Tuhanku. Sesungghnya, Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’

Walau berbekal dengan jalan Taqwa sebagai pilihan namun,  manusia  tidak sunyi dari Nafsu, dan tidak mungkin dapat melepaskan  diri dari dominasi Nafsunya . Kerana dengan ketiadaan Nafsu, hilanglah ciri kemanusiaannya. Kendati, yang dicela Agama ialah apabila manusia itu tunduk kepada  Hawa Nafsu dan menjadikannya  sebagai Tuhan! Seperti  diselar Tuhan Allah SWT. dalam QS.25:43, bermaksud:

‘Sudahkah engkau [Muhammad] melihat orang yang menjadikan hawa nafsu keinginannya  sebagai tuhannya? Apakah engkau akan menjadi pelindungnya.’

Rasulullah saw. juga menyebut dalam sebuah Hadits, bermaksud:

‘Man ahabba syai’un fahua ‘abdu.’ Bermaksud: ‘Barangsiapa kasih kepada sesuatu maka bertuhankan sesuatu.’ Justeru, kasih kepada nafsu menjadikan seseorang, hamba kepadanya!

Lantas, bagaimanakah dia yang Agamanya adalah hawa Nafsu ; fikiran dan tumpuan hanya tertuju kepada urusan-urusan duniawinya, dan dia bukan tergolong dalam orang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Allah Azza waJalla; juga bukan seorang Ahli Marifat, dan juga bukan salah seorang  pilihan Tuhan?

Sungguh bujukan hawa nafsu itu sinonim dengan bujukan Syaitan, ketika ia berkata kepada manusia,  ‘Kafirlah kamu!’  Kemudian ketika manusia itu telah menjadi kafir, ia berkata, ‘Sesugguhnya aku berlepas  diri dari kamu, kerana sesungguhnya aku takut kepada Allah , Tuhan seluruh alam.’



Rujuk QS.59:19, bermaksud:

‘Janganlah kamu seperti orang-orang yang  lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa  akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasiq.’ 

Namun, manusia itu seharusnya sedar akan keluasan Sifat RAHMAT Allah SWT. dan seharusnya merasakan keperluan  bermuamalah langsung denganNya, bagi meraih perkenan kelembutan Kasih SayangNya.

Sewajarnya, manusia itu melantunkan puji-pujian atas nikmat yang umum dan menyeluruh; disamping  mengucapkan kesyukuran atas nikmat yang khusus dan hanya diberikan kepada mereka yang memperoleh kurnia keutamaan.

Memuji adalah mengungkap terima kasih dan pengagungan, diatas segala kemurahan dan kedermawananNya. Para Kekasih Tuhan, lebih-lebih lagi mendapat limpahan kurnia  keunggulan. Mereka adalah yang telah mencapai darjat Cintakasih dan intimasi dengan Sang Pencipta; seperti para Nabi dan Aulia-AuliaNya, yang menduduki darjat yang berbeda, sedang diantara mereka ada yang diunggulkan diatas yang lain. Dan firmanNya dalam QS.6: 132, bermaksud:

‘Dan setiap yang memperoleh Darjat-Darjat [seimbang] dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.’ Dengan kata lain, keunggulan merupakan kurnia keutamaan. Seperti firmanNya lagi:

‘Allah menentukan siapa yang dikehendakinya [untuk dikurniai] RAHMATNya, Allah mempunyai kurnia yang besar.’QS.2 105.

3.PENGERTIAN  TARIKAT BERSERTA NAS DAN DALIL-DALILNYA.

Agama Islam, seperti digaris dan dipersetujui oleh Jumhurul Ulama,  bertitik-tolak dari pemahaman dan pelaksanaan Syariat Zahir Agama Islam, yakni merangkumi Rukun dan Hukum-Hakamnya, maupun Syariat Batin Agama Islam, yakni pelaksanaan dan pengertian Hakikat , yakni intipati Syariat. Lebih jelas, dengan tujuan untuk  menjernihkan dan memurnikan lagi, kemudian untuk menghubungkan Jalan Syariat itu dengan Jalan Hakikat, tidak boleh tidak, memerlukan suatu mekanisma penghubung ,yang disebut sebagai TARIKAT.

Justeru Saidina Ali Abi Talib menyebut:

‘Asyarii’atu bilal haqiiqati ‘aatilah; walhaqiiqatu bilal syarii’ati baatilah.’ Bermaksud:

‘Bermula tiada sah Syaria’t tanpa Hakikat; dan tiada sah pula Hakikat tanpa Syaria’t’ – tetapi adalah WAJIB menghimpunkan antara keduanya, bagi tiap-tiap Mukallaf.

Berkata pula Imam Malik:

‘Man tafaqqaha bighairi tasauwufin faqad tafassaqa; wa man bighairi tafaqqahin faqad tazandaqa; wa man jama’a bainahumaa faqad tahaqqaq.’ Bermaksud:

‘Barangsiapa berFiqih sahaja tanpa berTasawwuf nescaya berlaku Fasiq. Dan barangsiapa berTasawwf tanpa berFiqih nescaya menjadi golongan Zindiq [Penyeleweng Agama]. Dan barangsiapa melakukan kedua-duanya, nescaya menjadi golongan ISLAM HAKIKI/TULEN.’  

Dengan demikian Rasulullah saw. akui dan bersabda, bermaksud:

‘Pada malam ketika aku diIsra’Mi’rajkan, aku diberi tiga[3] Ilmu; Ilmu yang WajIb aku sampaikan; Ilmu yang terserah aku menyampaikan atau tidaknya; dan Ilmu yang Wajib aku simpan.’ Dan lagi Hadits:

‘Al’Ilmu I’lmaanii ‘Imu filqalbi faza likal’Ilmal nafii wa ‘Ilma ‘alal lisaani; faza lika hujjallaah ‘ala banii Aadam.’ HR Khatib dan Dailami. Bermaksud:

‘Ada dua[2] macam Ilmu – Ilmu al-Qalb [Ilmu Qalbu], dan Ilmu al-Lisani [Ilmu Lisan/lahir]. Ilmu Qalbu merupakan Ilmu yang Manfaat, sedangkan Ilmu al-Lisan, merupakan HUJAH Allah yang diberikan kepada manusia.’ Rasulullah saw. turut mengokohkan dengan sebuah Hadits lagi dengan menyebut:

‘Asyarii’atu aqwaali, wat tariiqatu af’aalii, wal Haqiiqatu Haali, wal Ma’rifatu raksu maalii.’ Bermaksud:

‘Bermula SYARIAT itu beberapa perkataanku; dan bermula TARIKAT itu beberapa perbuatanku; dan bermula HAKIKAT itu hal pendirianku; dan bermula MARIFAT itu kepala hartaku [yakni, keuntunganku].’

Sehingga Allah SWT. tuntas menyebut perkataan TARIKAT itu didalam  Kitab Alquran, yakni, terdapat pada 5 SURAH dengan jumlah Sembilan baris ayat-ayat!

Demikian para Ulama Tasawwuf telah mendasarkan TARIKAT sebagai perintah dari Allah SWT. terutama dengan QS.al-Djin[72]:16, bermaksud:

‘Dan bahawasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus atas TARIKAT , benar-benar Kami  akan memberikan minuman kepada mereka air yang segar  [rezeki melimpah-ruah].’

Dari penyelidikan para Ulama Tarikatussufiyyah Mu’tabarah, sebenarnya dasar hukum Tarikat dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain:

1.Kewujudan amalan-amalan dalam Tarikat adalah bagi maksud pencapaian pelaksanaan Syariat itu sendiri secara tertib lagi teguh diatas norma-norma yang semestinya diperintahkan Allah SWT. dan RasulNya, seperti disentuh oleh firman diatas. Demikian jelas ayat ini dijadikan pegangan hukum dasar melaksanakan amalan-amalan seperti yang diajarkan; walaupun ada penentangan dan pendapat yang sebaliknya. Jumhur, Ulama Tarikat Mu’tabarah mentadabburi lalu meyakini  ayat dasar hukum ini secara tersurat/literal/lafadznya, maupun secara tersirat/hakiki/’substance’nya, adalah jelas merupakan tempat sumber  hukum di izinkan melaksanakan amalan-amalan Tarikat.

Kerana, hanya dengan mengamalkan ajaran Tarikat sahaja,yang mampu menghasilkan segala tujuan melaksanakan Syariat Lahir dengan sebenar-benarnya [adil, Ikhlas, khusyuk, tadharru, tawadhu’, dll.], sesuai seperti diperintah dan dikehendaki oleh Allah SWT. dan RasulNya!

2.Dari lensa materi pokok dan teras amalan Tarikat itu, yang adalah berupa wirid Dzikrullah. Para Ulama Tarikat Mu’tabarah telah mencipta pelbagai syarat, rukun dan pelbagai kaifiyat, misalnya, waktu, jumlah dan cara melaksanakannya. Kesemua ini bukanlah dicipta sewenang-wenangnya oleh mereka, malahan, ia tidak menyimpang dari tatanan Syara’, secara prinsipnya. Amalan Dzikrullah sebagai amalan pokok dan teras,  dilakukan secara langsung dan terus menerus, dengan maksud dan tujuan menghindarkan diri dari sesuatu yang dapat membawa kemudharatan, akibat lupa kepada ALLAH SWT.

Ini sesuai dengan QS. Al-Ahzab:41-42, bermaksud:

‘Hai orang-orang beriman! Berdzikirlah [dengan menyebut Nama] Allah, Dzikir yang sebanyak-banyaknya . Dan bertasbihlah kepadaNya diwaktu pagi dan petang.’

Bunyi dan maksud ayat ini amat jelas bahawa Allah SWT. telah memerintahkan kepada sekelian orang-orang beriman untuk tetap sentiasa [Dawami], yakni kekal berDzikir dan bertasbih [24/7/365], dengan menyebut  nama ‘ALLAH’, dilakukan saban masa dan ketika; pagi, petang; siang dan malam!

Tuntas, amalan Dzikir yang diperintah Allah SWT. pada ayat diatas adalah jelas bersifat ‘MUTLAQ’, tanpa ada ‘Qayyid’nya, dalam erti kata bahawa  Syariat Dzikir, dan bentuk asal hukumnya,masih bersifat universal. Lantaran Rasulullah saw. sendiri tidak banyak merincikan tentang ‘Qayyid’nya, baik  berbentuk syarat-syarat , rukun-rukun maupun Kaifiyat-Kaifiyatnya.

Walaupun demikian, dalam sebuah Hadits yang panjang, Saidina Ali Abi Talib meriwayatkan, bermaksud:

‘Aku katakan, Ya Rasulullah! Manakah Jalan/Tarikat yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah-mudahnya atas hamba Allah, dan semulia-mulianya disisi Allah SWT.?’ Maka sabda Rasulullah: ‘Penting  atas kamu berkekalan /senantiasa berdzikir kepada Allah. ‘ Maka berkata Ali: ‘Setiap orang berdzikir kepada Allah?’ Maka sabdanya lagi: ‘Ya Ali , tidak akan terjadi Kiamat sehingga tiada tinggal lagi atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan ALLAH, ALLAH,..’ sehingga akhir Hadits.

Kendati adalah menjadi tugas dan peranan Ulama-Ulama Tarikat Mu’tabar  mencipta rejim amalan serta pelaksanaan amalan-amalanTarikatussufiyyah tersebut, lalu diterima-pakai oleh umat!   

3.Perlu diketahui bahawa maksud, tujuan sasaran dan matlamat pokok beramal dengan Ilmu Tarikatussufiyyah adalah bagi mencapai keadaan dan kewujudan rasa ‘Manunggal’[Tauhid,PengEsaan], diantara hamba dengan Tuhan Allah Azza waJalla.  Sebagai natijah dari ketekunan dan ikhlas ibadah melaksanakan SyariatNya, berubudiyyah secara utuh, lalu memperoleh nikmat rasa kemanisan dan keindahan oleh pantulan sinar cahaya Allah SWT.    

4.SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWWUF [SUFISMA] DAN SIAPAKAH TOKOH SUFI PERTAMA DIDUNIA?

Sirah akhir-akhir perjalanan Nabi Muhammad saw.menjelang perutusan Allah SWT. mengangkat baginda sebagai  seorang Nabi dan Rasul, baginda banyak memanifestasikan tindak dan tingkah akhlak seorang Sufi. Menerusi pribadinya secara langsung, terbukti bagaimana baginda sering berkhalwat diGua Hira, bertawajjuh kehadharat Allah, bermunajat dengan maksud kebaikan dalam menuntun manusia di-alam  ini menuju jalan benar dalam hidup. Disebelah malam, baginda tidur sedikit sekali kerana banyak waktunya dihabiskan dengan beruzlah, bertawajjuh kepada Allah dengan memperbanyak Dzikir kepadaNya! Pendek kata, baginda tidak pernah putus hubungan batin Rohaniahnya dengan Allah Dzat Maha Luas KekuasaanNya!

 Setelah resmi menjadi Rasul, cara hidup baginda masih tetap dalam kerendahan kejiwaan dan kesederhanaan, meskipun baginda sudah berada dalam linkungan keadaan serba terpenuhi akan segala keinginan, kerana baginda telah menjadi Kekasih Allah SWT. Tempat tidur baginda masih terdiri dari balai kayu biasa dengan di-alas tikar daun kurma , tidak pernah memakai pakaian mahal walaupun mampu mendapatkannya. Kendati, baginda lebih cintakan hidup kesederhanaan tanpa kemewahan, walau sudah berpangkat Nabi dan Rasul!

Kehidupan diri Rasulullah yang sarat dengan elemen Kesufian ini amat terkesan dan langsung diikuti oleh para Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’it-Tabi’in, turun-temurun sehinggalah hari muta’akhirin ini!

Diriwayatkan, pernah suatu ketika, Malaikat Saidina Jibril a.s. menemui Rasulullah saw.dan menyampaikan Salam dari Allah SWT. seraya bertanya: ‘Wahai Muhammad, manakah yang lebih engkau sukai, menjadi seorang Nabi yang kaya raya macam Nabi Sulaiman, atau menjadi Nabi yang miskin semacam Nabi Ayub?’    Jawab Nabi: ‘Aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari; jika keadaan kenyang aku bersyukur kepada Allah dan dikala lapar pula aku bersabar  atas cubaan Allah itu.’

Nah! Dari kisah ini dapatlah disintesiskan tentang ciri-ciri Kesufian yang amat sarat didalam jiwa dan kehidupan Rasulullah saw; tuntas menobatkan baginda sebagai tokoh Sufi pertama didunia mayapada ini! Noktah!

Diriwayatkan juga bahawa setelah Rasulullah saw.berserta kaum, kerabat, Sahabat dan Jemaah berhijrah dari Makkah keMadinah, terdapat sebilangan para sahabat yang telah kehilangan keluarga, sanak saudara dan hidup dalam kedhaifan. Namun, tumpuan hidup mereka hanya terhadap ibadah dan Zuhudkan dunia! Lantas, Rasulullah saw. sendiri membuka ruang dihujung serambi masjidnya, disebut Syuffah,  bagi menempatkan kesemua mereka disana. Mereka ini kemudian diberi jolokan nama sebagai Ahli Syuffah dan sebenarnya pencetus dan pengasas awal mazhab/aliran keSufian! Wujud banyak kelebihan dan keistimewaan golongan ini yang disebut Allah SWT. dalam firmanNya dan juga banyak dikhabarkan dalam Hadits Rasul saw!

Allah SWT telah menyentuh episod ini didalam Kitab Alquran QS.18:28, bermaksud:

‘Janganlah diusir orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang merindukan wajahnya.’ QS.6:52. Dan lagi QS.18:28, bermaksud:

‘Dan bersabarlah engkau [Muhammad] bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keredhaanNya; dan janganlah kedua matamu  berpaling dari mereka  [kerana] mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti  keinginannya  dan keadaannya telah melewati batas.’

 4.1.HAKIKAT TASAWWUF

Bagi memudahkan pengertian dan penerimaan Tasawwuf, adalah lebih baik dibuka secebis lembaran kehidupan Rasulullah saw. Dizaman Rasulullah saw. dan Sahabat Khalifa ur-Rasyidin, susur kehidupan adalah berperspektifkan kehidupan Tasawwuf. Seluruh kehidupan mereka tidak dipandu dan dipaksi  atas dasa-dasar nilai materi semata-mata, seperti sikapnya kaum Kapitalis dan materialis dizaman kini dengan memburu kuasa dan harta bertimbun! Mereka amat perihatin tentang kelebihan beribadah dan berubudiyyah dan zuhudkan kesenangan duniawi.

Sikap hidup sebegini , kemudian dinamakan ‘Mutasawwifun’ [aspek/ciri kaumSufi]. Sikap yang diwarnai dengan tawaddhu’ dan kesederhanaan Rasulullah saw. dan para Sahabat ini, mendominasi dan menjadi turutan Kaum Sufi sehingga hari akhir!

Ibnu Khaldun [wafat 1406M] paling banyak memperihalkan tentang Hakikat Tasawwuf. Antaranya ia berkata:

‘Asal pokok dari ajaran Tasawwuf itu adalah bertekun beribadat, berhubungan langsung dengan Allah SWT.; menjauhkan diri dari kemewahan dan kemegahan duniawi; tidak suka kepada apa yang diburu oleh kebanyakan manusia daripada keenakan harta benda dan kemegahan. Dan bersunyi-sunyi diri dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan!’ Selanjutnya, Ibnu Khaldun menerangkan:

‘Hal demikian dilaksanakan oleh para Sahabat Nabi dan para Ulama Salafus-soleh, tetapi pada kurun 11 Hijri, setelah manusia amnya, sibuk memburu duniawi dan halayak sudah terbiasa enak dalam masyarakat keduniaan, maka orang-orang yang masih tetap tekun beribadah seperti sediakala dinamai dengan ‘Orang-Orang Tasawwuf.’ 

Selari dengan pandangan diatas, penghulu Tasawwuf, Imam Syk. Al-Junaid Baghdadi, terlebih  awal menyatakan bahawa kesemua TarikatTasawwuf itu tidak akan berhasil  andai tidak menuruti ajaran dan Sunnah Rasulullah saw. [Sunnah wal Jema’ah], yang adalah merupakan sumber  TarikatTasawwuf!

Kesimpulannya, pengertian intipati atau Hakikat Tasawwuf itu adalah perihal susur kehidupan Rasulullah saw. sendiri sehingga zaman para Sahabat, yang adalah sarat dengan unsur-unsur Tasawwuf. Kendati kehidupan dizaman Rasulullah saw. adalah  mencerminkan sikap-sikap dan sifat-sifat dalam Tasawwuf yang mainstream dan umum, dipraktikkan oleh semua para Sahabat tanpa terkecuali!

Jika dizaman Rasul dan para Sahabat, tidak siapa pun hairan melihat orang-orang yang Zuhud/anti keduniaan berlebih-lebihan,  orang Wara’ [teliti dari hal-hal maksiat dan syubhat], orang Qanaah [merasa cukup seadanya], orang yang berperasaan takut dan mencintai Allah SWT. dan Rasulnya  melebihi diri mereka sendiri; dan pelbagai lagi rencam pekerti ubudiyyah yang lain! Namun, ambil maklum dan perhatian; andai sikap atau sifat-sifat tersebut dipraktik oleh mana-mana kelompok masyarakat dizaman sekarang,  sudah pasti tudingan jari-jari menghala kepada semua penggiat, pengamal dan tokoh Sufi Tarikattasawwuf yang kelihatan aneh atau gila, dan, pada anggapan puak-puak anti-kebenaran itu,  cuba mencipta Bid’ah Dhololah!?  

Meskipun perihal hidup kaum Sufi adalah seperti dihuraikan, ini bukanlah bermakna mereka meninggalkan fitrah biasa dan lari dari hidup ‘bersyariat’, diatas muka bumi ini! Dalam pada itu, sememangnya masyarakat amat senang menerima kehidupan materi yang mewah tanpa batasan, diuliti pula oleh hawa nafsu tanpa kekangan,  hingga menjadi trending, kebiasaan dan sifat keseluruhan masyarakat am-nya!

Sebagaimana yang telah dinyatakan, hidup kerohanian Rasulullah saw. itulah Tasawwuf sebenarnya! Walaupun , ketika itu lafaz Tasawuf itu sendiri belum dicipta sebagai suatu cabang Islam itu sendiri, namun realitinya sudah terdiri, dan berdiri kokoh, walau tanpa nama yang khusus. Walhal, pada masa yang sama, cabang-cabang ilmu Islam yang lain, seperti Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Alam dsbnya, pun belum lagi dicipta!

Hanya rentetan perkembangan dan kemajuan umat semenjak abad kedua atau kelapan Masihi sahaja, Ilmu Islam tumbuh dengan pelbagai cabangnya, begitu juga dengan kerohanian yang bernama ‘ Ilmu Tasawwuf’! Sila rujuk Hadits soheh yang menggariskan kategori Ilmu yang menjadi teras atau pokok dalam Islam berkait dengan IMAN, ISLAM dan IHSAN!

 Jika dalam arus keghairahan dan huru-hara perlumbaan mengejar kehidupan lagha dan ‘Taghut’, seperti amalan umat dizaman ini, timbul pula golongan yang menghendaki hidup sederhana, kembali keMesjid, menggandakan solat, dzikir, tasbih, istighfar, serta banyak berdoa mengharapkan ampunan Tuhan; mereka-mereka ini hanyalah ingin mengembalikan dan memertabatkan kehidupan berTasawwuf, seperti sifatnya kehidupan Rasul dan para Sahabat dizaman kecemerlangan silam!

Sememang tepat sekali apabila didalam kitab ‘Ihya Ulumiddin’, Imam al-Ghazali tuntas menyatakan: ‘Bahawa Kaum Sufiyyah [Ahli-Ahli Tasawwuf], itulah yang benar-benar telah menempuh jalan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. dan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Fahamkan benar-benar!

5.APAKAH TUJUAN UTAMA MEMPELAJARI ILMU TARIKATTASAWWUF?

Manusia yang memiliki segala ilmu sedang tidak pula dapat meneguk minuman marifat dan cinta, sungguh, telah merugi!  Bukankah hakikat minuman cinta adalah sampainya seorang hamba kepada kedekatan? Maka orang yang berilmu, tetapi tidak mencicipi  bererti  tak mampu merasakan manisnya ilmu yang telah ada dalam dirinya. Juga bererti,  ilmu dan kemampuannya memahami pelbagai  kepelikan ilmu hanyalah wacana gimmik belaka. Sedangkan, dirinya tak mampu menyaring dan menyentuh serat-serat halus dan seni ilmunya. Ilmunya hanya menempel dihujung kulit, persis pakaian yang bisa sahaja di-nyah dan ditanggalkan. Ilmunya tidak membatin kelubuk sanubari dan citarasa insani! Ilmu yang hanya bersifat teknikal belaka tanpa ada pendalaman rasa!

Penyair besar T.S.Eliot pernah bersenandung:

‘Where is the life we have lost in living? Where is the wisdom we have lost in knowledge? Where is the knowledge we have lost in information?’ Nah! Betapa dizaman kini terdapat kesulitan membedakan antara ilmu dan maklumat! BETAPA TERLEBIH SULIT MEMBEDAKAN ANTARA SYARIAT DAN HAKIKAT! ANTARA NAFI DAN ISBAT. ANTARA HAQ DAN BATIL. ANTARA QADEEM DAN MUHADDATH!???

Justeru, kaum Sufi[Tarikat], berbanding Syariat, lebih mementingkan pengasahan citarasa dahulu sebelum mengajarkan kepelikan ilmu. Antaranya termasuk mengamati serta menjiwai nuansa-nuansa paradoks, tamsilan dan metafora yang berselerak didalam Kitab-Kitab Allah dan Hadits Rasul saw., berpuisi, berseloka, bergurindam, berpantun, pengisahan, pengkhabaran [anekdot] Rasul, Tokoh-Tokoh Sufi Agung dan sirah perjalanan Tarikat-Tarikat mereka!

Antara yang mendasari tujuan berTarikatTasawwuf adalah seperti berikut:

1.Dibawah pimpinan seorang guru Mursyid, mengadakan dan melaksanakan Taubat dan latihan riyadhah berSuluk,  serta berjuang dan berjihad melawan hawa nafsu [Mujahadah],  menyuci diri dari sifat-sifat tercela [mazmumah], kemudian melazimi diri dengan sifat-sifat terpuji [mahmudah], melalui pembaikan budi pekerti [akhlak] yang baik.

2.Mewujudkan rasa ingat [Dzikir]  kepada Allah Dzat Maha Besar lagi Maha Kuasa atas segala-galanya; melalui kaedah Tawajjuh dan Uzlah; dan menerusi kaedah wirid dan Dzikir yang dibaringi Tafakkur dan kontemplasi berterusan dan berkepanjangan!

Proses atau amalan rejim tersebut mencerna jiwa merasakan kehambaan sebenar terhadap Kebesaran dan Keagungan Tuhan Allah SWT.; mencetuskan rasa takut/Taqwa, Khullah, dan Mahabbah terhadap Allah SWT. Timbul perasaan khawatir dan takut terpisah dengan Allah SWT. dari ankara perbuatan maksiat/dosa, dan tergoda oleh dunia, yang dapat menyebabkan seseorang LUPA kepada Allah SWT!

Andai amalan-amalan ini ditekuni dengan penuh taat, ikhlas dan ubudiyyah terhadap Allah SWT., maka tidak mustahil pula akan dapat mencapai maqam di-alam Marifat, sehinggalah tersingkap tabir hijab kejahilan, yang sedia kala sebelum ini menutupi hati dan jiwa rendah! Dapat pula melihat rahsia-rahsia disebalik tabir Cahaya Allah dan RasulNya, secara terang benderang! Akhirnya, menatijahkan perkara-perkara yang sebenarnya  menjadi tujuan hidup ini! Fahamkan benar-benar!

Demikian antara lain hasrat dan tujuan pengamal TarikatTasawwuf, yang jelas akan mengerjakan Syariat Agama Allah dan Rasulnya dengan taat, sehingga  melalui sistem amalan Tarikat, akan menghantarkan tercapainya tujuan hakikat yang sebenarnya dikehendaki oleh Syariat itu sendiri!

Justeru, dimanakah tuduhan-tuduhan dan prasangka tidak berasas tentang Ulama TarikatTasawwuf itu mengajarkan ilmu bid’ah dholalah, mengajarkan ibadah yang tiada tuntunan dan tuntutan,  baik dari Allah maupun Rasul? WALLAAHI! Sebenarnya, ini adalah Ilmu yang sumber dan sandarannya adalah daripada Alquran dan Sunnah Rasul saw., yang diterima Ulamanya secara bermatan, bersanad dan ittisal sampai keRasulullah saw. sendiri! Noktah. Fahamkan benar-benar!

6.HUKUM MEMPELAJARI DAN BERAMAL DENGAN ILMU TARIKAT TASAWWUF.

Bermula hukum mempelajari dan beramal dengan Ilmu TarikatTasawwuf itu adalah FARDHU ‘AIN atas tiap-tiap Mukallaf – sehinggalah terhasil baginya membesar dan mengagungkan Allah SWT. dengan mengerjakan segala ibadah sewajarnya, serta peroleh sejahtera amal ibadahnya daripada segala perkara yang membatalkan pahalanya; disamping kekal beristiqamah dan berUbudiyyah terhadap Allah SWT.

Kesepakatan jumhur Ulama Islam menetapkan bahawa Islam berpaksi diatas tiga[3] teras atau pokok, yakni, penyatuan ketiga-tiga praktis ini adalah serana bagi pencapaian muktamad kesempurnaan  dalam kehidupan berAgama bagi seorang Insan. Tiga perkara pokok dalam Agama Islam yang dimaksudkan adalah seperti berikut: Pertama: Ilmu Fiqh [disebut Ilmu Syariat]. Kedua: Ilmu Tauhid [disebut Ilmu Kalam, Usululuddin [atau Theologi]. Dan ketiga: Ilmu Ihsan [disebut Ilmu Tasawwuf atau Tarikat].

Para Imam bagi apa Mazhab  sekalipun, berpendirian bahawa ketiga-tiga pokok atau teras Islam ini , berkait rapat antara satu dengan lain; bak isi dengan kuku; bak aur dengan tebing; dan bak irama dengan lagu – tidak akan mungkin pernah dapat dipisahkan! Fahamkan benar-benar permasalahan ini!

Ketiga-tiganya diadun berkait rapat bagi mencapai sasaran pokok atau integral Agama Islam, yakni, ‘MARIFATULLAH’ [Mengenal Allah]. Perkara ini digaris-bawahi oleh Rasulullah saw. didalam haditsnya: ‘AWALUDDIN MA’RIFATULLAH’, bermaksud: ‘Awal Agama itu Mengenal Allah!’

Pelaksanaan perintah ini menuntut setiap orang Islam itu mengambil sikap untuk mewujudkan keyakinan didalam diri dalam melaksanakan segala perintah dan suruhan Allah SWT. dan meninggalkan segala laranganNya, yakni mempamirkan penuh ketaatan dan Ubudiyyah terhadap Allah SWT. Manakala praktis sebegini apabila telah mencapai kepuncaknya, maka tercapailah matlamat, maksud dan tujuan hidup yang sebenar-benarnya, seperti dituntaskan firmanNya, bermaksud:

‘Tidak Aku ciptakan Djin dan manusia melainkan untuk berubudiyyah kepada Ku.’ QS.51:56.

7.METHODOLOGI ATAU KAEDAH DALAM ILMU TARIKATTASAWWUF BAGI MARIFATULLAH [MENGENAL TUHAN].

 Amat menarik adalah bahawa  Ilmu TarikatTasawwuf mempunyai dan menggaris kaedah tersendiri bagi merealisasikan puncak matlamat Marifatullah; berbanding kaedah digunakan , antaranya, seperti  terdapat didalam Ilmu Fiqh, Ilmu Tauhid maupun Ilmu Theologi [Filsafat].

Secara umum, kelompok yang tiga ini menggunakan dalil-dalil Aqli dan Naqli, merintis Alquran dan Sunnah, dan menggunakan alasan-alasan rasional dan logika; menyelidik akal fikiran dengan dasar demikian, agar mengetahui dan mengenal  siapa Tuhan sebenar, meskipun kaedah begini tidak pernah menjamin penyaksian dan Marifatullah yang sebenarnya!

Berbeda halnya dengan dasar dan praktik amalan Ilmu TarikatTasawwuf yang mementingkan dasar-dasar theori penyucian diri [Taubah/Inabah] dan perasaan HATI, menerusi ilham laduni yang dilimpahkan Allah SWT. kedalam jiwa dan nurani manusia sebagai bentuk wujud pemberian RAHMATNya. Keadaan begini, lazimnya dapat dicapai apabila seorang Saalik itu telah sampai kejenjang diri pribadi unggul; setelah terpelihara dari segala rencam dan bentuk godaan Hawa Nafsu dan kemarukan duniawi; ia dibaringi oleh pemusatan Syuhud serta fikiran, tertumpu semata-mata kepada Dzikir [ingat] kepada Dzat Allah Wajibal Wujud, lagi Maha Kuasa!

Keadaan yang demikian, justeru, mengakibatkan segala macam rahsia ghaib dibalik hijab cahaya Allah SWT. dan NabiNya, mampu tersingkap oleh Si-Saalik, lalu diketahui dan disaksikan dengan jelas oleh penglihatan mata dan Rohaninya secara terang benderang! Narratif ini harus berhenti disini.

8.PENGERTIAN BERSUCI DIRI DALAM TARIKATUSSUFIYYAH

Demikian orang yang beramal dengan Ilmu TarikatTasawwuf itu adalah orang yang mensucikan diriny a zahir dan batin, dalam suatu pendidikan ethika  [budi pekerti] dengan menempuh jalan Suluknya. Imam al-Ghazali menyebut  setelah itu,tentang keperluan tanjakan-tanjakan batin, melalui pengosongan batin, kemudian melalui kaedah Dzikirullah, dimulai  tingkat demi tingkat hingga kepuncak lebih tinggi, yakni jauh dari ukuran kata-kata!

Dibawah seliaan Guru Mursyid dan demi mencapai tahap penyucian tinggi dan sempurna sebagai sarana bagi berTaqarrub dengan Tuhan Allah yang Maha Suci, seharusnya, yang diperhatikan bersungguh-sungguh didalam sesebuah Tarikat adalah tatacara, methodologi, kaifiat atau kaedah bersucinya. Pelaku Tarikat tidak harus bersuci dengan cara pembersihan bersifat zahiriah/lahiriah semata-mata, malah membenteras sifat batiniah dalaman [Mazmumah] yang amat dibenci Tuhan! Kaedah lebih tepat merujuk kepada Jihadun/Tazkiyatun-Nafs, yakni mengendalikan  sekurang-kurangnya 10 perkara hawa nafsu seperti berikut:

1.Keserakahan.

2.Ketamakan [Haloba] atas makanan maupun berkata-kata.

3.Kebencian.

4.Kedengkian.

5.Kesombongan/Ujub

6.Bangga diri/Sum’ah/Riya’.

7.Amarah diri [ghadab].

8.Bakhil dan kasih akan harta [bukhul/kikir].

9.Kasihkan Dunia.

10.Mahu menang sendiri dan kelompok [penting diri].

Terdapat lebih dari 60 jenis sifat-sifat mazmumah, antara lain: Suuz-Zhan, Hasad, Kibir/sombong, Hubbul Mal/kebendaan, Ghibah/pengumpat, Namimah/ bicara belakang, Kizib/dusta, Khianat/Munafiq, dll.  Sifat-sifat mazmumah/negatif yang menguasai dan mendominasi diri inilah yang memerlukan perhatian bagi pembasmian. Fahamkan benar-benar!

Sementara  itu, sekurang-kurangnya 10 perkara [Sifat Mahmudah], antara yang harus dketahui dan dimiliki adalah seperti berikut:

1.Taubat daripada segala dosa;

2.Taqwa/Takut akan Allah SWT.;

3.Zuhud, yakni, membenci akan dunia serta berpaling daripadanya’

4.Sabar;

5.Syukur;

6.Ikhlas;

7.Tawakkal;

8.Kasih dan cintakan Allah SWT./Mahabbah;

9.Redha akan Qadha/Qadar Allah SWT.;

10.Mengingat akan Mati[dzikrul maut].

Dan merangkumi semua Sifat-Sifat positif yang lain yang mewajahkan Ubudiyyah hamba terhadap Tuhan Allah Azza wajalla, yang harus/wajar diperhatikan!

9.HAKIKAT ILMU TARIKATUSSUFIYYAH

Hakikat Ilmu Tarikatussufiyyah ialah Musyahadah akan Hak Allah SWT. yang  Wahidul Ahadullazi Lam Yalid walam Yulad...

Berhadap orang Tasawwuf kepada Allah SWT. [Pada segala Zahir], bagi taat, ibadat dan Khidmat; dan segala Batin, lagi Siddiq, Ikhlas dan Yaqin.

Lima[5] prisip/perkara besar harus dilalui adalah:

1.Meninggalkan berkehendak, kasih kepada dunia;

2.Meninggalkan barang yang dikasihi dan disukai oleh hawa nafsu, yakni, tiap-tiap barang yang lain dari Allah SWT.;

3.Berkekalan dengan Dzikirullah, hati [sirr] dan lidah;

4.Hendaklah segera berTaubat apabila jatuh kepada dosa yakni, Dawamu Taubah [Berkekalan Taubat];

5.Meninggalkan angan-angan; hatta terhadap Akhirat sekalipun!



10.A’MAAL AL-QULUB

Apabila seorang hamba telah melaksanakan ibadah secara Zahir dan Batin, yakni, anggota badan [Jawarruh] dan hati dengan bersama-sama, dan beristiqamah – [maksudnya, pastilah dalam pengertian berTarikatTasawwuf, tiada lain]; maka ia telah sampai kepada Darjat Tinggi disisi Allah SWT. Dia adalah Kekasih Allah, dia mencintai Allah dan Allah mencintainya.

A’maal al-Qulub adalah amal/perbuatan hati, yakni, menjalankan ibadah yang khusyuk; Ihsan dalam ibadah; berdzikir atau berTafakkur dengan hati; mengagungkan  dan merasa Syuhud [Musyahadah - menyaksikan Wujud, Sifat dan Af’aal Allah SWT.].

Orang yang beramal A’maal al- Qulub disebut sebagai Ahlul Mahabbah wal Marifah atau Ahlul Batin. Mereka, ketika mendirikan perintah Allah SWT. [Suruhan/Larangan Agama] tidak merasakan sebagai kewajiban maupun beban, tetapi adalah sebagai keperluan, kelazatan dan Taqarrub dengan Allah SWT., disertai dengan rasa Khauf [takut], Raja’ [Harap], Syauq [Rindu], dan Mahabbah [Cinta] kepada Sang Maha Pencipta; seperti firmanNya, berbunyi:

‘Yuhibbuhum wa yuhibbuu nahu.’, bermaksud:

‘Allah Kasih kepada mereka itu, dan mereka kasih pula kepada Allah.’ QS.5:54.

11.PEKERTI AHLUL HAKIKAT vs AHLUL JAHILUN.

Berbicaralah dengan manis ketika melewati Jalan dan Pergunungan. Mengapa kamu bersuara dan merengek seperti seekor keldai? Kerana biru langit mengirimkan kembali pesan suara itu. Tentang kepahitan atau kemanisan; dari tenggorokan mu sendiri!

‘Berada disisi Allah adalah tempat kembali terbaik.’QS.3:14.

Para Aulia dan Kekasih Allah sejati tidak pernah bebas dari perjuangan mereka berevolusi tanpa henti dan terus menerus mengitari  Cahaya Tuhan. Mereka dikenal sebagai puncak kasih sayang dan kemurahan hati; yang menghidupkan makhluk  yang mati ; yang mengubah batu-bata  menjadi batu permata [mutiara].

Mereka adalah tangan-tangan yang terbiasa untuk memberi; ia tidak terbiasa untuk mengambil. Mereka mendominasi manusia dalam upaya melimpahkan berokah –barokah  kepada mereka, dan bukan mengambil apa-apa dari mereka! JUSTERU:

Bagaimanakah boleh manusia merasa jengkel dan tidak mengendahkan kata-kata bicara para Kekasih dan Aulia Allah? Manusia hanya mendengar ‘persepsi’ nilai luaran ucapan para Kekasih dan Aulia Allah!

Berkata mereka: ‘Kami telah pun acapkali mendengar hal-hal demikian. Hati-hati kami pun sudah penuh dengan rahmat seperti tersebut!’

Maka Allah berKalam: ‘Semoga Allah SWT. Mengampuni dirimu jika hatimu penuh dengan ucapan seperti itu! Sebenarnya, kamu penuh dengan ilusi dengan bisikan dan Kecongkakan  dirimu sendiri. Kamu  dipenuhi ilusi dan naluri ketamakan bukan? Kamu sesungguhnya  adalah dalam kutukan!’

Hanya, andai mereka bebas dari keangkuhan seperti itu, diri mereka akan terbuka untuk menerima RahmatNya. Sungguh, Allah telah memasang segel dikelopak mata, ditelinga dan dihati-hati mereka!

Mata-mata mereka cuma melihat segala yang berlawanan dengan apa yang mereka lihat. Mereka mendengar Kearifan hanya sebagai omongan dan celotehan. Hati-hati mereka  telah diubah sehingga menjadi sebuah wadah kecintaan kepada hanya diri sendiri  dan kesombongan. Keangkuhan telah mendominasi diri mereka ; - dan hati-hati mereka pun mengeras seperti batu!

Sebetulnya, Tuhan telah menempel segel dihati-hati dan pendengaran mereka; dan hati-hati mereka terhijab tanpa penglihatan!

Justeru, penulis bermadah: Sudah matilah sibodoh/sijahil tersebut; Walau maut belumpun menjemput. Tubuhnya adalah Kuburan; Walau ia belum pun dikuburkan!

12.PENOLAKAN KEPERCAYAAN TERHADAP AULIA /WALIYULLAH.

Segala pujian atas Tuhan yang melindungi Aulia/Wali-WaliNya dengan tirai keindahan disaat mulai munculnya para pendusta, durjana dan penderhaka. Kendati, tirai tersebut seperti perisai yang melindungi para waliyullah dari panahan dan sorotan mata para peng-iri, pencemburu dan pendendam! Meskipun demikian, dan dalam luapan Cintakasih Ilahi, para Waliyullah itu tetap berbahagia dan merasakan ketenteraman abadi! Subhaanallaah!

Celakalah mereka yang bersikap bodoh atau berpura-pura bodoh, menentang kebenaran, dengan mengatakan: ‘Orang-orang Sidq atau Waliyullah telah binasa. Setelah mereka tiada lagi ditengah-tengah masyarakat manusia, kecuali gambaran-gambaran dan dongengan-dongengan yang tak masuk akal.’

Demikian sindiran, cemuhan, dakyah, serta kutukan nista dari ‘ulama’ Dajjal dimasa kini, termasuk mereka bertaraf Mufti dan Ustaz diNegara ini!

Mereka seolah-olah melarang khalayak dari mencari ilmu, melarang masyarakat dari mendekati  kaum atau kelompok bijak pandai tentang bidang ilmu yang asing dari fahaman dan pegangan mereka! Mereka sering berdalih bahawa dizaman ini , tidak ada lagi orang yang memiliki sifat-sifat kesungguhan, kebaikan, kesolihan seperti maksud istilah ‘Sidq’ . Mereka beranggapan bahawa keberadaan kaum Soleh dan para Waliyullah hanyalah sejarah yang telah lama berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi!  Maka sekali lagi, celakalah mereka yang bersikap demikian!

Sidq adalah suatu maqom yang tinggi; bahkan berada dibawah maqom keNabian. Maqom ini menggambarkan keadaan spiritual lahir batin seseorang, seperti dimiliki Saidina Abu Bakar as-Siddiq r.a. Maqom Siddiqiyah al-Kubra inilah, selain para Nabi, yang dimiliki oleh para Waliyullah, dan adalah tingkat kewalian yang tinggi dan mulia!

Lantas, jika golongan orang-orang bodoh [baca: ‘ulama Dajjal’] yang mendakwa bahawa orang-orang ‘Siddiqin’ dan Waliyullah sudah tiada lagi didunia ini, lalu bagaimanakah kita dapat melaksanakan perintah Allah SWT, mengenali, mendekati, bersahabat dan bersama-sama dengan mereka? Ini jelas diperintah oleh Allah SWT. dalam QS at-Taubah:119:

‘Wakuunuu ma’as sodiqiin’, bermaksud: ‘Jadilah kamu bersama-sama orang yang Siddiq [Benar].’

Janganlah sekali-kali kita berprasangka buruk terhadap Allah SWT., hanya kerana mata kita tidak lagi dapat mengenali Wali-WaliNya, sehingga cepat kita mendakwa dan menafikan kewujudan mereka!

Dan lagi firmanNya, Nah! Mengisyaratkan kenyataan sebenarnya, QS,56:38-40, bermaksud:

‘Untuk golongan kanan. [Yaitu] segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan besar pula dari ORANG-ORANG YANG KEMUDIAN.’ Dan lagi firman Allah SWT. mengabsahkan wujud Wali-WaliNya, QS.Yunus:62, bermaksud:

‘Bahawa sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidaklah ada rasa ketakutan  atas mereka dan tidak ada pula rasa dukacita.”

13.ALASAN PENOLAKAN DAN PENENTANGAN ILMU TARIKATTASAWWUF.

Huraian sebelum ini memberikan penegasan bahawa terdapat perbedaan amat besar dan amat ketara pada dasar-dasar kaedah pengenalan Tuhan, diantara sistem Ilmu Fiqh, Tauhid dan Theologi [Filsafat], maka selayaknya menimbulkan perbedaan dalam memahami, menyelidiki maupun pengamalannya. Hatta, keadaan ini juga sering mencetuskan sanggahan dan perbalahan dengan segala konsequensinya! Maka timbullah prejudis buruk-sangka, cemuhan dan tuduhan bahawa Ilmu TarikatTasawwuf itu sesat lagi menyesatkan! Antara faktor-faktor penyebab adalah seperti berikut: 

  1. Diatas kejahilan dari para ‘ulama’, Pihak berwajib maupun halayak masyarakat, yang dangkal ilmu, kerana melihat Islam hanya menerusi satu sisi dan dimensi [yakni zahir/exoterik], sedangkan Islam itu menyeluruh merangkumi sisi hakiki dan batinnya [esoterik]. Yakni, Syariat Zahir maupun Syariat Batin seperti telah dijelaskan diawal risalah ini.
  2. Para Ustaz dan Pendakwah memiliki ilmu dan kelayakan kesarjanaan, yakni, semata-mata terhad pada bidang Syariat Islam sahaja. Sedangkan bidang TarikatTasawwuf begitu asing dan masih belum atau pun enggan diterokai! Keadaan ini amat jelas apabila pendakwah-pendakwah kategori inilah yang lumrah mendominasi dan mendepani masyarakat melalui media cetak, letronik dan ceramah interpersonal disetiap sudut masjid dan madrasah! Malahan tokoh-tokoh inilah juga yang lumrah dinobat kepersada penghormatan tertinggi [tokoh Maal Hijrah dsb.] dan menagih sanjungan semua pihak! Voila bravo!!!
  3. Terdapat golongan yang menimba ilmu semata-mata melalui pembacaan, tanpa berbai’at dari Guru yang Mursyid. Mereka terdedah kepada ilmu bersumberkan akal, psycho, dan emosi semata-mata, dan pasti menyesatkan!
  4. Terdapat golongan yang cenderong berkiblatkan kebaratan dan modenisma; menekuni dasar-dasar fikiran kapitalisma, materialisma, rasionalisma , orientalisma, dll.
  5. Terdapat juga golongan yang cenderong membongkar kefahaman agama melalui Kitab Allah, dan Hadits Rasul, tanpa penguasaan ilmu-ilmu seperti, Ilmu Lughat dengan Qawaidnya, ilmu Hadits dengan Musthalahnya,  ilmu Balaghah, ilmu Mantiq, Maani, Bayan, Badi’,dll. Akibat dari kekurangan dan kelemahan ini menimbulkan kesulitan memahami , menyelidiki dan membahas kalam Alquran dan Hadits yang banyak berbentuk baligh, majaz, tamsil, ataupun Mutasyabihat.
  6. Terdapat juga mereka [termasuk Ustaz-Ustaz/pendakwah] yang awalnya mencuba memasuki dan menjadi ahli Tarikat. Namun, setelah tidak berhasil mencari dan mendapatkan sesuatu hajat dari kepentingan diri dan nafsu, lalu meninggalkan. Kerana hajat yang tidak kesampaian, mereka lantas membeberkan pelbagai fitnah, memburukkan lagi kemurnian iklim dimensi Ilmu TarikatTasawwuf!
  7. Bertitik tolak dari hati yang Hasad lagi busuk, setengah mereka menyangka bahawa Syurga Allah itu sempit dan pula akan hanya dipenuhi oleh orang-orang Sufi dan Tarikat sahaja!

    Faktor-faktor diatas lumrah menyebabkan halayak keliru, tergelicir dalam keraguan, lantas menolak  Ilmu Tarikatussufiyyah yang sebenarnya berasal dari Agama Islam itu sendiri! Tanpa disedari mereka jatuh Kufur dan Fasiq! Wanau’zubillah!

14.LANGIT KEMBALI CERAH.

Setelah berabad penantian ini, akhirnya dengan Takdir dan Inayah Allah,  terjelma sudah sebuah PERTUBUHAN TARIKAT MUKTABAR MALAYSIA [PERTAMA], yang bakal dirasmikan oleh Kerajaan Negara Malaysia, pada 7hb. Nobember 2015. Berkat dari usaha gigih, doa dan Munajat Ahli-Ahlinya, Allah SWT. lalu Menghadiahkan kemungkinan, bertukar Kenyataan ini! ALHAMDULILLAH ALA KULLIHAL! Aspirasi, visi, misi dan semangat Ahli adalah menobat dan memertabatkan status Tarikatussufiyah kepersada termulia dan tertinggi selayaknya, dinegara ini. Diikuti pula perencanaan ‘mengarus-perdanakan’ gerakan ini dalam ‘mainstream’ umat dan masyarakat amnya! Sehingga kedatangan al-Mahdi diakhir zaman!

15.AMARAN DAN ANCAMAN

Terhadap para penentang dan pembatal  Ilmu Tarikatussufiyyah dan kewajipan kelangsungannya didalam Taklif Syar’iyyah dalam Agama Islam, penulis dengan rendah hati menyeru kepada pihak berkenaan agar berTaubat dan berInabah [kembali] kepada Allah SWT. Sebelum ajal menjemput dan sebelum maut mencerut, pohonlah limpahan Hidayah dan Inayah dari Allah Azza  waJalla agar Dia Berkehendak dan memilih membuka dada-dada mereka-mereka yang diredhaiNya, bagi menjalani Sirotillah [Tarikatussufiyyah], menuju kepadaNya!

Apa yang terbaik adalah pihak yang tidak bersetuju atau menentang, lebih dahulu dan utama bermuhasabah diri, mengambil sikap rasional, berhati-hati, bersabar dan prihatin; tidak bersikap sembrono dan bangga diri menolak atau menuduh sesuatu yang ia sendiri tidak memiliki kelayakan dan status [locus], dari sudut ilmu maupun pengalaman, bagi menjatuhkan sesuatu hukuman terhadap sesuatu yang tidak kena dengan selera citarasa sendiri! Lebih baik berdiam diri dari mencampuri sesuatu yang anda tidak punyai keahlian!  Fahamkan benar-benar!

Janganlah anda melayan prasangka buruk yang dicanang dan dijaja oleh pihak-pihak anti-Tarikat, walaupun mereka terdiri dari yang bergelar ustaz dsbnya. Hakikatnya, telah pun terbukti  dari nas dan dalil yang muktabar, Ulama Tarikat tidak sesat  atau menyesatkan! Sebaliknya puak yang anti-Tarikat itulah yang sesat lagi menyesatkan! Jika anda jujur dan mengetahui hakikat sebenar, kenapa tidak anda bertanya atau berhubung dan melibatkan diri secara langsung, atau setidak-tidaknya mampu mendekatkan diri dengan mana-mana pertubuhan Tarikat muktabar bagi mengetahui hakikat kebenaran ilmu dan amalan yang diajarkan oleh Ulama-ulama Tarikat! Sedangkan, Allah sendiri berfirman dalam QS.an-Nahl:43, bermaksud:

‘Maka bertanyalah kepada Ahli-Ahli Dzikir [berpengetahuan] jika kamu tidak mengetahui.’

 Janganlah kalian lancang lidah mencemuh dan mencaci apa yang menjadi amalan para Ahli Tarikatussufiyyah, kerana  ini adalah juga amalan para Wali dan Nabi –Nabi. Kerana barangsiapa tiada merasa, tentu tidak mengetahui. Jika belum bernikah, mana mungkin beroleh berkah dan nikmah!

Andai kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diduga.

Pandai-pandailah meniti buih agar badan selamat keseberang.

Jika mata sakit dan buta pula, tiada matahari  dikata.

Jika telinga tuli pula, dunia ini sepi, kenapa?

Jika lidah tak berderia rasa, segala dicicip kan tiada makna!

Tidak pandai menari dikata lantai jungkang-jungkit.

Tidak pandai bertingkah, semua alat membawa padah.

Sebilah pedang bisa membunuh seekor singa. Seribu pedang tak bisa memujuk/menawan nafsu dan hawa.   

Belum duduk sudah berlunjur.

Belum angguk sudah ngeleng.

Belum halal sudah dijamah.

Belum diikat sudah bercerai.

Belum ditanya sudah menjawab.

Belum diundang sudah datang.

Belum disuruh sudah pergi.

Belum dicari sudah jumpa.

Datang biar nampak hadapan; pergi biar nampak belakang.

Bagaimana bentuk pedang/parang, begitulah bentuk sarungnya.

Malu bertanya sesat jalan; malu berdayung, hanyut serantau.

Sesat dihujung jalan, baliklah kepangkal jalan!

Rasulullah menggaris-bawahi, bersabda, bermaksud:

‘Dia yang mendengar suara para Sufi[Ahli Tasawwuf] dan tidak mengatakan amin bagi doa mereka, tercatat dihadapan Tuhan dalam daftar orang-orang lengah.’ Lebih lanjut, sabdanya lagi, bermaksud:

‘Shafw [bahagian suci dan terbaik] dari dunia ini telah lenyap. Dan hanya ketidak-suciannya yang tinggal.’

Kendati, sifat ‘kesucian, kemurnian adalah khusus bagi para Sufi Pencinta [Tuhan]; Mereka adalah mentari-mentari tanpa mendung!

Muhammad Sang Pilihan, Kekasih Tuhan, apabila ditanya tentang keadaan Haritsah ra., menjawab:

‘Abd nawwarallah qalbahu bi al-iman.’ Bermaksud:

‘Dia seorang manusia yang hatinya disinari oleh cahaya Iman.’ Sehingga wajahnya bersinar-sinar laksana bulan dan dia disinari oleh cahaya Ilahi!

Sufi adalah yang mati pada dirinya dan hidup oleh kebenaran; ia bebas dari segala batas-batas kemampuan manusiawi, dan benar-benar telah sampai –[wusul] kepada Tuhan!

Nah! Bagi para Sufi, makna Tarikatussufiyyah [tasawwuf], tidak punya sebarang penyamaran; ia tidak memerlukan pencerahan maupun penjelasan atau petunjuk apapun! Kerana ia adalah terlebih jelas daripada sang Mentari!  

Wainna ilaa Rabbikal Muntahaa.

16.SARANAN DAN PENGAWASAN.

WAHAI ANDA YANG MENCARI PETUNJUK!

Bangun, bingkas, rentas dan carilah seorang Pemandu dan Pembimbing!

ADUHAI INSAN BUTA MELATA!

Khidmatnya lebih kau perlukan dari wujud segala.

Rendahkan sayapmu; hancur-leburkan segunung Ego-mu.

Junjunglah  serban suci kesederhanaanmu;  Nyahkan jubah mengagung kemuliaanmu.

Pasakkan mukhbit keredhaan dilubuk jiwamu.

Agar Pembimbingmu menjadi  Rabitah dan Wasilah diqalbu.

Andai tidak demikian, wujudmu persis debu, ditiup angin lalu!

ADUHAI QALBU!

Andai kau ingin menagih CintaKasih Sayang Maha Kekasih;

Tersungkur sujudlah dan akur menuruti PerintahNya.

Jika Dia Memerintah, ‘Perah airmata darah’, jangan ditanya mengapa dan kenapa?

Andai Dia Memaksa, ‘Pertaruh nyawamu’,Janganlah berdalih dengan protokol dan tatacara.’ 

17.PENUTUP.

Jadikanlah ilmu diiringi dengan citarasa sebagai penuntunan dalam memahami makna rahsia kebersamaan.  Kerana citarasa yang telah diolah dan diasah lebih mengenal apa yang baik untuknya. Ia sebenarnya yang mengatur ilmu, bukan sebaliknya. Orang yang berilmu tetapi tidak mampu merasakan hakikat keilmuan adalah ibarat orang yang ‘tertidur dan terlena.’

Ilmu yang tidak membawa pemiliknya kepada penyingkapan hijab dan pemahaman tentang hakikat kewujudan dan keberadaan, hanyalah merupakan rentetan theori semata-mata, tanpa memperoleh hakikat manfaat sebenarnya! Sedangkan penyingkapan realiti penciptaan dan kehidupan adalah tujuan terbesar orang-orang sebenarnya beriman! Bukan seperti halnya orang-orang yang sedang tidur yang menafikan keupayaan inderanya, tanpa mampu mencerap dan merasakan rahsia tersembunyi disebalik ilmunya. Justeru, Rasulullah saw bersabda,bermaksud:

‘Segala manusia itu tidur, maka apabila mati mereka itu, barulah jaga mereka itu.’

Manusia yang terpenjara dalam kealpaan, kejahilan dan kebingungan sendiri, dikhuwatiri akan terus berada dalam kondisi demikian sehingga ajal mendatanginya, kecuali jika ia dijengah oleh RAHMAT Tuhan yang Maha Luas dan tak terhingga. Kerana hanya dengan RAHMATNya-lah  seseorang akan mampu mendapat secercah cahaya dipengakhir usianya!

Para Sufi beranggapan bahawa amat merugilah sesiapa yang meninggal dunia sebelum mengalami penyingkapan hijab. Bukankah MARIFAT itu awal dan akhir tujuan hidup segala manusia? Bukankah keberadaan kita manusia dijagad raya semesta ini, tidak lain melainkan untuk mengenalNya! Begitu penting, sehingga Imam al-Ghazali Rahimahullah berpesan:

‘Barangsiapa yang tidak memperoleh sebahagian ilmu [Mukasyafah/penyingkapan], dikhuwatiri akan mengakhiri  hidupnya dalam keadaan buruk.’

Semoga Tuhan Allah SWT. menjadikan kita orang-orang yang mengimani keberadaan anugerah dan nikmat Marifat yang telah diberikan Tuhan kepada para KekasihNya. Dan semoga Dia melindungi kita dari segala kecenderongan mendustakan Hakikat, Marifat dan Ahli-Ahlinya!

‘Allahumma! Janganlah sampai buruk-sangka kami  kepadaMu menjadi penghalang turunnya RAHMATMU. Sinarilah hati kami agar kami dapat lebih baik mengenaliMu, sehingga mampu menggapaiMu, dengan keberkahan para kekasihMu!

Sungguh kami takut dan bertaqwa kepadaMu. Hindarilah kami dari orang-orang  yang tidak takut dan tidak berTaqwa kepadaMu. Dan kumpulkanlah kami bersama golongan orang-orang yang Siddiqin dan berTaqwa kepadaMu, bersama-sama insan yang paling Engkau cintai. Semoga Selawat dan salam sentiasa tercurah kepada baginda, keluarga dan para Sahabatnya, sehingga linangan air mata para KekasihMu terus bergenang pada setiap akhir malam!’

ALHAMDULILLAH

WABILLAHIT  TAUFIQ

TABARAKALLAHU RABBUL ‘AALAMIN.



BLOG MADRASATUL BAITUL ADAM [MBA], SELANGOR,MALAYSIA. 21OKTOBER, 2015.MUHARRAM1437.