Mati itu hampir
wahai sitolol
bagaimana ghairah nafsu
tipudaya hidup
hampir melemaskanmu.
Kau sangka
maut itu amat jauh darimu.
Hari melintas lalu
ia tetap menjejak mu
menghambatmu
kekaki langit
kedasar bumi
walau kedalam peti besi
ia tidak melupai mu.
Kau kira usia akan bertambah
amalmu bisa ditangguh.
Setiap saat kau terpedaya
Helaan nafasmu hampa
Melompong tiada harga.
Usiamu makin berkurang
Hanya gelojak nafsumu tiada bertebing
Kulitmu semakin kendur
Tulang belulangmu pupus daya
Sarafmu kian mengeciwa
Pembuluh darahmu kian menebal
Kematian selsel mu tiada gantian
Tekanan darahmu hilang pedoman
Tetapi –
Tenaga batinmu serasa
Usia tiga puluhan
Sesungguhnya
Kau dalam kehebatan percaturan
Senantiasa meniti risiko perjalanan
- Menuju kehancuran
Kau terjebak pada gamitan dunia
Qudrat tenaga tertumpu
Kepada membolot menghimpun harta
Meraih pangkat dan nama
Untuk siapa?
Demi untuk anak-anak tercinta
Suatu masa akan berperang saudara
Atau –
Untuk isteriisteri cantik jelita
Pabila ditinggal mati
Bergaya beroleh harta
Kerana paras rupawan menawan
Bujang teruna jadi umpanan
Tawanan
Nah!
Bagaimana nasibmu?
Apa yang kau temu
Dihujung perjalananmu
- Tiada lain
Melainkan dirimu sendiri
Tersisih sepi
Terkecundang!
Hendak berniaga
Modal tiada
Disaat itu qodho’ sudah menimpa
Qadar sudah terlaksana
Nasi sudah menjadi bubur.
- Justeru
Sebelum kalam menulis
Sebelum dakwat menitis
Carilah teman
Dengannya
Tiada terjelma perpisahan atau penyisihan
Moga kau terbebas
Dari pejalan sesat ini
Kerana-
Tidak seorang
Kecuali HELANG RAJA menemukan
Jalan menuju SANG RAJA.